A. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis (M.tb) dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma
serta menimbulkan nekrosis pada jaringan. Infeksi ini dapat mengenai berbagai
organ tetapi yang sering terkena adalah jaringan paru (Jurnal Tuberkulosis
Indonesia, 2008).
Kuman M.tuberculosis
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882, tumbuh lambat dan membelah diri
setiap 18-24 jam pada suhu yang optimal. Selain itu kuman hidup sebagai parasit
intrasel sehingga daya pertahanan tubuh yang terpenting terhadap kuman tersebut
dilakukan oleh sistem imuniti seluler (Jurnal Tuberkulosis Indonesia, 2008).
B. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis adalah kuman obligat aerob, berbentuk batang, yang
tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah diwarnai kuman
ini tahan penghilang warna (dekolorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu
dikatakan basil tahan asam. Pada proses pertumbuhannya kuman ini mendapat
energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Kenaikan tekanan C02
meningkatkan pertumbuhan. Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju
pertumbuhannya lebih lambat daripada kebanyakan kuman lain. Waktu penggandaan
basil tuberkel adalah sekitar 18 jam. Bentuk saprofit cenderung lebih cepat, berkembang dengan baik pada suhu
22-23 derajat celcius, menghasilkan banyak pigmen, dan kurang tahan asam dari
pada bentuk patogen. Mycobacterium
tuberculosis menyebabkan tuberkulosis dan merupakan patogen yang sangat
penting bagi manuasia. Terdapat lebih dari 50 species mikobacterium antara lain banyak yang merupakan saprofit (Usman,
2008).
Kuman ini panjangnya 1-4 mikron, lebarnya 0.3-0.6
mikron. Kuman ini akan tumbuh optimal pada suhu 37 derajat celcius dengan
tingkat pH optimal pada 6.4 sampai 7.0. kuman tuberkulosis terdiri dari lemak
dan protein. Lemak meruakan komponen lebih dari 30% berat dinding kuman, dan
terdiri dari asam stearat, asam mikolat, sulfolipid serta cord factor,
sementara komponen protein utamanya adalah tuberkuloprotein
(tuberculin). Mokobacteria cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia
daripada bakteri lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan
pertumbuhannya yang bergerombol juga resisten terhadap pengeringan dan dapat
hidup lama dalam dahak yang kering, dalam ruangan, selimut dan kain yang ada di
kamar tidur, namun kuman ini juga sangat rentan terhadap sinar matahari dan
radiasi sinar ultra violet (Usman, 2008).
C. Patogenesis
Paru merupakan jalan utama masuknya
kuman Tuberkulosis melalui udara, yaitu dengan inhalasi droplet. Hanya droplet
ukuran 1-5 mikron yang dapat melewati atau menembus system mukosiliar saluran
napas sehingga dapat mencapai dan bersarang di bronkiolus serta alveoli. Pada
tempat ini basil Tuberkulosis berkembang biak dan menyebar melalui saluran
limfe dan aliran darah tanpa perlawanan berarti dari pejamu karena belum ada
kekebalan awal. Terjadi reaksi inflamasi non spesifik di dalam alveoli.
Makrofag di dalam alveoli akan memfagositosis sebagian basil Tuberkulosis
tersebut tetapi belum mampu membunuhnya sehingga basil dalam makrofag umumnya
dapat tetap hidup dan berkembang biak. Basil Tuberkulosis yang menyebar melalui
saluran limfe mencapai kelenjar limfe regional, yang melalui aliran darah akan
mencapai berbagai organ tubuh serta terjadi proses dan transfer antigen ke
limfosit (Jurnal Tuberkulosis Indonesia, 2008).
Basil Tuberkulosis infeksi primer
berlangsung bersarang di kelenjar limfe halus dan mediastinum, dapat juga
bersarang di kelenjar limfe lainnya. Infeksi di kelenjar dapat berlangsung
menjadi Tuberkulosis aktif dalam beberapa tahun kemudian atau tidak pernah
menjadi aktif. Lesi primer dan lesi di kelenjar regional di sebut kompleks
primer. Kadang-kadang lokasi komplek primer dapat terletak di tonsil, usus dan
kulit (Mandal, 2006).
Faktor virulensi M.tuberkulosis belum sepenuhnya jelas.
Organisme ini berubah-ubah, dengan kemampuan untuk berkembang biak secara cepat
di luar sel dalam rongga tubuh, untuk bertahan dalam makrofag dan mencegah fusi
lisosom dan fagosom, dan untuk bertahan dalam keadaan yang relatif inaktif
dengan ledakan pembelahan yang sangat jarang (Mandal, 2006).
D. Klasifikasi
Penentuan
klasifikasidan tipe penderitapenting dilakukan untuk menetapkan panduan OAT
yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai (Usman, 2008):
1. Tuberkulosis
Paru
Menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru)
dan kelenjar paru hilus.
2. Tuberkulosis
Ekstra Paru
Menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, saluran kencing, alat
kelamin.
3. Tuberkulosis
Paru BTA Positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
SPS hasilnya BTA positif. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
toraks dada menunjukan gambaran tuberkulosis. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif dan biakan kuman tuberkulosis positif.
4. Tubetkulosis
Paru BTA Negatif
Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif. Foto toraks abnormal
menunjukan gambaran tuberkulosis. Tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT.
E. Gejala Klinis
Penyakit klinis disebabkan oleh
perkembangan reaksi hipersentivitas atau akibat infeksi yang menandai
perjalanan progresif. Penyakit primer progresif dapat timbul selama perjalanan
penyakit awal atau setelah interval laten selama beberapa minggu atau
bulan.tuberkulosis endobronkial dapat menyebabkan mengi dan batuk. Kolaps dan
atau konsolidasi akibat obstruksi atau bronkopneumonia tuberkulosis biasanya
berkaitan dengan gejala konstitusi, batuk dan sputum (Mandal, 2006).
Tuberkulosis paru dewasa postprimer
merupakan manifestasi paling sering. Gejala khasnya adalah batuk selama 3
minggu lebih, hemoptisis (batuk darah), dispnea, anoreksia dan penurunan berat
badan yang terkait dengan demam dan berkeringat. Gejala khususnya terjadi bila
infeksi mengenai organ tubuh selain paru-paru. Misalnya kejang, dan menurunnya
kesadaran (tuberkulosis saraf/otak), kencing darah (tuberkulosis ginjal).
Riwayat penyakit sebagian besar bersifat subakut (4-8 minggu). Auskultasi paru
biasanya menunjukan tanda-tanda lokal (Mandal, 2006).
F. Diagnosa
Pada umumnya kasus tuberkulosis
dapat terdeteksi dari adanya keluhan utama yaitu batuk yang lebih dari 3
minggu, dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada,
badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
3 minggu. Oleh sebab itu setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan
dengan gejala tersebut diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek
tuberkulosis” atau tersangka penderita tuberkulosis, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung, dan perlu diketahui bahwa
pemeriksaan dahak jauh lebih dapat dipercaya daripada pemeriksaan roetgen
(Usman, 2008).
diagnosa
tuberkulosis paru orang dewasa dapat ditegakan dengan ditemukannya BTA pada
pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif
apabila sedikitnya dua dari tiga spesismen SPS BTA hasilnya positif (Usman,
2008).
G. Penatalaksanaan
a.
Terapi Diit
Terapi diit bertujuan memberikan makanan secukupnya
guna memperbaiki danmencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta
memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktifitas normal. Terapi
diit untuk pasien Tuberkulosis Paru menurut (Cornelia, 2010) adalah :
· Energi
yang harus dicapai adalah 40 kkal/kgBBI/hari, diberikan secara bertahap.
Dimulai dari penambahan ± 500 kkal dari kebiasaan makan.
· Protein
1.5-2 g/kgBBI/hari, secara bertahap.
· Lemak
30% dari total energi, utamakan lemak tidak jenuh.
· Karbohidrat
cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
· Vitamin
A, C, D, B kompleks, Fe, dan Seng sesuai dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan.
b.
Terapi Pengobatan
Tuberkulosis membutuhkan pengobatan
cukup lama, yakni sekitar 6 bulan atau lebih. Menurut (Depkes 2002, Usman 2008)
:
1. Isoniasid
(H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid,
dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.
Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu
kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10
mg/kg BB.
2. Rifampisin
(R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dormant (persister) yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mb/kg BB diberikan sama untuk
pengobatan harian maupun intermitten 3 kali seminggu.
3. Pirasinamid
(Z)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dalam
suasana aman. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan
intermitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
4. Streptomisin
(S)
Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan
untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.
Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0.75 gr/hari, sedangkan untuk
berumur 60 tahun atau lebih dosisnya 0.50 gr/hari.
5. Etambutol
(E)
Bersifat sebagai bakteriostatik, dosis
harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermitten 3
kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB.
1 komentar:
Pokies - Pokies - Pokies - Pokies - Pokies - Pokies - Pokies - Pokies planet win 365 planet win 365 1XBET 1XBET 154Best Betting Sites in Kenya | 2021 Best Bookies & Bonuses
Posting Komentar