a.
Umur
Daya tahan kardiorespiratori akan semakin menurun
sejalan dengan bertambahnya umur, namun penurunan ini dapat berkurang, bila
seseorang berolahraga teratur sejak dini (Moeloek, 1984 dalam Ruhayati dan
Fatmah, 2011). Kebugaran meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25 – 30
tahun, kemudin akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh,
kira-kira sebesar 0,8 – 1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan
ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Buku Panduan Kesehatan Bagi Petugas
Kesehatan, 2002 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).
b.
Jenis Kelamin
Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan
berkaitan dengan kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan
tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormon, kapasitas
paru-paru, dan sebagainya. Sampai pubertas biasanya kebugaran pada anak
laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas kebugaran
laki-laki dan perempuan biasanya semakin berbeda, terutama yang berhubungan
dengan daya kardiorespiratori. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki jaringan
lemak yang lebih banyak, adanya perbedaan hormone testosterone dan estrogen,
dan kadar hemoglobin yang lebih rendah (Ruhayati dan Fatmah, 2011).
c.
Genetik
Level kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen
yang ada dalam tubuh. Genetik atau keturunan yaitu sifat-sifat spesifik yang
ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir. Sifat genetik mempengaruhi
perbedaan dalam ledakan kekuatan, pergerakan anggota tubuh, kecepatan lari,
kecepatan fleksibilitas, dan keseimbangan pada setiap orang. Selain itu, sifat
genetik mempengaruhi fungsi pergerakan anggota tubuh dan kontraksi otot. Hal
ini berhubungan dengan perbedaan jenis serabut otot seseorang, dimana serabut
otot skeletal memperlihatkan beberapa struktural, histokimiawi, dan sifat
karakteristik yang berbeda-beda (Ruhayati dan Fatmah, 2011).
d. Aktivitas
Fisik
Secara
teoritis tingkat kebugaran setiap orang berbeda-beda artinya tidak semua orang
memiliki kebugaran jasmani pada kategori yang memadai. Aktivitas jasmani
merupakan fungsi dari kebugaran jasmani maka seseorang yang tidak memiliki
kebugaran jasmani memadai, produktivitasnya juga tidak akan sebaik orang yang
memiliki kategori kebugaran baik. Begitu juga sebaliknya seseorang yang tidak
melakukan aktivitas jasmani memadai tidak akan memiliki kebugaran yang baik
(Mahardika, 2009).
Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen
kebugaran jasmani, latihan fisik yang bersifat aerobik dilakukan secara teratur
akan mempengaruhi atau menigkatkan daya tahan kardiovaskular dan dapat
mengurangi lemak tubuh (Depkes, 1994 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).
Para ahli epdemiologi membagi aktivitas fisik ke dalam
dua kategori, yaitu aktivitas fisik terstruktur (kegiatan olahraga) dan
aktivitas fisik tidak terstruktur (kegiatan sehari-hari seperti berjalan,
bersepeda dan bekerja) (Williams, 2002 dalam Fatmah, 2011). Menurut Baecke
(1982) dalam Ruhayati dan Fatmah (2011), terdapat tiga aspek bermakna dapat
menggambarkan tingkat aktivitas fisik seseorang, yaitu pekerjaan, olahraga dan
kegiatan di waktu luang. Banyaknya aktivitas fisik berbeda pada tiap individu
tergantung pada gaya hidup perorangan dan faktor lainnya.
Aktivitas fisik yang dilakkan secara teratur dapat
mengurangi risiko terhadap penyakit seperti cardiovaskuler
disease (CDV), stroke, diabetes mellitus dan kanker kolon. Selain itu juga
memberikan efek positif terhadap penyakit sepertu kanker payudara, hipertensi,
osteoporosis dan risiko jatuh, kelebihan berat badan, kondisi muskuloskleletal,
gangguan mental dan psikologikal dan mengontrol perilaku yang berisiko seperti
merokok, alkohol, serta juga dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja
(WHO, 2008 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).
Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif
bagi kebugaran seseorang, di antaranya yaitu: 1) peningkatan kemampuan
pemakaian oksigen dan curah jantung, 2) penurunan detak jantung, penurunan
tekanan darah, peningkatan efisiensi kerja otot jantung, 3) mencegah mortalitas
akibat gangguan jantung, 4) peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik,
5) peningkatan tubuh (berkaitan dengan gizi tubuh), 6) meningkatkan kemampuan
otot, dan 7) mencegah obesitas (Astrand, 1992 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).
Kebiasaan olahraga defenisikan sebagai suatu kegiatan
fisik menurut cara dan aturan terentu dengan tujuan meningkatkan efisisensi
fungsi tubuh yang hasilnya adalah meningkatkan kebugaran jasmani. Sedangkan
kualitas olahraga adalah penilaian terhadap aktivitas olahraga berdasarkan
frekuensi dan lamanya berolahraga setiap kegiatan dalam seminggu. Olahraga
dapat meningkatkan kebugaran apabila memenuhi syarat-syarat berikut (Depkes, 1994
dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011):
·
Intensitas Latihan
Makin besar intensitas latihan, makin besar pula efek
latihan tersebut. intensitas kesegaran jasmani sebaiknya antara 60 – 80% dari
kapasitas aerobik yang maksimal. Intensitas latihan yang dianjurkan untuk
olahraga kesehatan adalah antara 72% dan 78% dari denyut nadi maksimal.
·
Lamanya Latihan
Jika kita menghendaki hasil latihan yang baik, berarti
cukup bermanfaat bagi kesegaran jantung dan tidak berbahaya, maka harus
berlatih sampai mencapai training zone yaitu selama 15 – 25 menit.
·
Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas
dan lamanya latihan. Olahraga dilakukan secara teratur setiap hari atau 3 kali
seminggu minimal 30 menit setiap berolahraga.
Pengukuran terhadap aktivitas fisik tergolong kompleks
dan tidak mudah pendekatan telah dikembangkan, diantaranya adalah klasifikasi
pekerjaan, observasi perilaku, penggunaan alat sensor gerakan, penandaan
fisologis (detak jantung) serta penggunaan calorimeter. Namun, metode yang
paling umum digunakan saat ini adalah self-reported
survey (survey dengan pelaporan diri) (Haskell dan Kierman, 2000 dalam Ruhayati
dan Fatmah, 2011). Pelaporan dapat dilakukan dengan kuisioner recall yang
dikembangkan oleh Baecke, et.al (1982).
Berdasarkan riset yang dilakukan terdapat tiga aspek
yang secara bermakna dapat menggambarkan tingkat aktivitas fisik seseorang,
yaitu pekerjaan, olahraga dan kegiatan di waktu luang. Oleh karena itu,
kuisioner ini meninjau aktivitas fisik pada tiga aspek tersebut yang mencakup
kategori terstruktur dan tidak terstruktur, yaitu aktivitas fisik saat bekerja,
berolahraga dan aktivitas fisik pada waktu luang sehingga dapat diperoleh
gambaran keseluruhan aktivitas fisik seorang individu (Baecke, et.al, 1982
dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).
e.
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok terutama berpengaruh pada daya tahan
kardiovaskuler. Pada asap tembakau terdapat 4% karbonmonoksida (CO). daya ikat
(afinitas) CO pada hemoglobin sebesar 200 – 300 kali lebih kuat dari oksigen.
Hal ini berarti CO lebih cepat mengikat hemoglobin daripada oksigen. Padahal,
hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen keselurug tubuh, dengan adanya ikatan
CO pada hemoglobin maka akan menghambat pengankutan oksigen ke jaringan tubuh
yang memerlukan (Astrand, 1992 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).
f.
Status Gizi
Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh
pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovakuler. Untuk
mendapatkan kebugaran yang baik, seseorang haruslah melakukan latihan-latihan
olahraga yang cukup, mendapatkan gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya, dan
tidur (Ruhayati dan Fatmah, 2011).
Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai
akibat keseimbangan dari intake makanan dan penggunaannya oleh tubuh yang
dapat diukur dari berbagai dimensi (Jelliffe dan Jelliffe, 1989 dalam Fatmah, 2011).
Menurut Almatsier (2009) dalam Ruhayati dan Fatmah (2011) status nutrisi (nutritional status) adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar